Sabtu, 29 September 2012

Biografi Sandhy Sondoro


Pernikahan Sandhy Sondoro dan Ade Sechan Tertutup
 Siapakah Sandhy Sondoro ?  Sandhy Sondoro yang terlahir di pulau jawa, Jakarta, 12 Desember 1973 silam ini. datang dari keluarga musik, dimana orang rumahnya menyukai pop Amerika, folk, Jazz dan blues yang berasal dari Ayah dan Ibunya yang selalu ermain gitar setiap hari. itu adalah kesenangan yang membentuk talenta dia.



Musik yang dia mainkan bukan musik tradisional Indonesia tapi banyak terpengaruh dari soul dan blues. Sandhy Sondoro bukan hanya berbakat dalam bernyanyi, menulis lagu dan sebagai pemain gitar, dia juga memiliki talenta yang lain, dia menyukai menggambar dan memasak.


Di Indonesia Sandhy Sondoro memulai dengan bermain band di Sekolah Menengah Atas. Mereka masih memainkan lagu dari Van Halen dan Mr. Big atau The Black Crows. Di umur 18 tahun dia pergi untuk mengunjungi pamannya di California dan menetap disana. Setahun kemudian dia pergi ke Jerman untuk kuliah arsitektur.


Awalnya Sandhy datang ke Eropa (Jerman) hanya untuk belajar di jurusan arsitektur di FH Biberach an der Rib. Tapi, karena kiriman biaya dari orang tua berhenti, adik sepupu aktris Ira Maya Sopha itu akhirnya memutuskan untuk mencari uang sendiri.


Sambil kuliah, Sandhy bekerja paruh waktu hingga ia lulus. Bermacam-macam pekerjaan buruh pernah dijalaninya, seperti menjadi pencuci piring, tukang parkir, tukang koran, dan bekerja di dapur restoran cepat saji. Apa boleh buat, Sandhy harus melakukan itu semua karena ia harus membiayai hidupnya sendiri, tak ada yang menopang. Namun, semua itu dijalaninya tanpa rasa malu ataupun gengsi. Baginya logis saja, untuk survive ia memang harus bekerja keras. Ia pun cukup bijaksana untuk menyadari bahwa jika mau sukses dalam aspek apapun, tak ada cara lain selain kerja keras.


Pekerjaan-pekerjaan seperti disebut di atas memang cukup untuk membiayai hidup mahasiswa sederhana seperti Sandhy, tapi ada hal yang tidak terpuaskan di situ. Kecintaannya pada musik masih terpendam begitu saja sebagai hobi. Menyadari bahwa ia punya bakat dalam bermusik, Sandhy pun memanfaatkannya sebagai sumber mata pencaharian pula. Sandhy menjadi pengamen jalanan.


Lama-lama “karir” adik sepupu dari aktris Ira Maya Sopha ini naik menjadi musisi kafe setelah ia membentuk band dengan teman-temannya. Band-nya ini mendapat sambutan luar biasa dari para pengunjung, yang sebagian diantaranya merupakan musisi profesional di sana.


Sebenarnya, Sandhy memang selalu bercita-cita untuk serius di bidang musik dan menjadi profesional, walaupun dalam bidang akademi ia justru memilih desain dan arsitektur. Jadi, ia tak sungkan-sungkan untuk mengikuti beberapa lomba menyanyi di Eropa. Setiap tawaran mengikuti lomba yang ditawarkan agennya selalu disambut dengan antusias oleh Sandhy.


Pertama-tama dia memperbaiki kecakapan dalam bahasa Jerman agar diakui di Universitas. Dia lulus dalam desain interiior tapi gairah dia dalam bernyanyi dan bermain gitar lebih kuat daripada bekerja di kantor.


Pengalaman dia pertama kali sebagai musisi jalanan diperoleh di Baden Wurttemburg tahun 1996. Kontes bakat internasional di Berlin menarik dia dan menginspirasi dia. Pada tahun 1998 dia kembali ke Berlin dan memulai karir dia sebagai penyanyi dan pemain gitar di bar-bar, club-club dan di metro.


Lagu favorit dia "Down on the Streets" terinspirasi dari pengalaman dia tumbuh di metropolitan Berlin. Dia tampil di teater favorit seperti House of World Cultures in Berlin, bermain di festival-festival music seperti Museum Bode Festival Isle. Penggemar dia ada di Hamburg, Cologne, Stuttgart dan masih banyak tempat di Jerman.


Meskipun 20 tahun sudah tinggal di Jerman dan 12 tahun berkarier musik di sana, Sandhy Sondoro pernah ambil bagian dalam sebuah kontes musik di Eropa atas nama Indonesia. Sandhy pernah mencuri perhatian publik Jerman karena penampilannya sebagai finalis German Idol pada 2007.


Sandhy pun bercerita pengalaman pribadinya, bahwa tak mudah orang-orang Jerman mengakui kemampuan orang-orang Asia, termasuk Indonesia, tidak terkecuali di bidang musik. "Contohnya, di kafe, habis nonton saya manggung, mereka paling cuma bilang, 'Not bad'," cerita Sandhy. Namun, dengan kecintaan akan musik, kerja keras, dan keuletannya, yang kemudian menghasilkan prestasinya dalam German Idol 2007, ia akhirnya bisa masuk industri musik rekaman Jerman.





Dari segi vokal, Sandhy mempunyai kemampuan yang unik. Kerabat-kerabat musisi dari kalangan kulit hitam di kota multi-ras itu kerap menjulukinya Indo-nigger karena khas vocalnya yang begitu “hitam” dan jarang dimiliki oleh penyanyi-penyanyi dari benua Asia. Sandhy sudah lama memulai karir musik profesionalnya. Namun baru banyak dikenal publik Jerman setelah tampil di salah satu acara televisi nasional Jerman ProSieben yaitu TV Total (Pro7), yang disiarkan setiap Senin malam hingga Kamis malam tahun 2007 lalu. Acara milik entertainer popular Jerman Stefan Raab, yang mencari bakat-bakat baru di dunia musik (seperti American Idol, namun di Jerman namanya cukup unik: SSDSDSSWEMUGABRTLAD/ Stefan sucht den Superstar, der singen soll, was er möchte, und gerne auch bei RTL auftreten darf). Sandhy Sondoro secara mengesankan tampil di acara itu, meski pada akhirnya hanya bertengger di lima besar babak akhir. 

Kemampuannya menulis, mengaransemen, dan menyanyikan lagu cukup disegani oleh kalangan musisi papan atas Jerman sebut saja Gregor Meyle. Berbagai panggung bergengsi semacam House of World Cultures atau Museum Isle di Berlin juga pernah di singgahi Sandhy Sondoro sebagai tempat mengekspresikan musiknya. Masyarakat luas mulai mengenalnya sebagai “one of a kind” dilihat dari perawakan Asia-nya dengan karakter suaranya yang soulfull, meledak-ledak namun juga sangat fleksibel memberinya banyak julukan, salah satunya adalah Ben Harper of Jakarta.

 Pada 2009, Sandhy merilis album Why Don't We. Album ini terasa kental dengan nuansa pop-blues. Lagu-lagu yang ada di dalamnya, antara lain Superstar (How Could We Not Love) dan Shine (featuring Dublex Inc). Ia sempat datang ke Jakarta, untuk mengenalkan album tersebut, sekaligus memperdengarkan lagu "Malam Biru", yang khusus diciptakannya untuk kita di Indonesia.




"Saya ke Indonesia hanya untuk say hello. Kalau (saya) bisa diterima, syukur. Kalau enggak, ya engga apa-apa," kata penyanyi yang memiliki tarikan suara sedikit serak ini. "Sebenarnya saya susah membuat lagu berbahasa lain (selain bahasa Inggris). Tetapi saya sengaja buat lagu pakai bahasa Indonesia. Lagu itu bercerita tentang kerinduan, dalam arti luas. Rindu kepada Indonesia, kekasih, dan lain-lain."
Setelah mengeluarkan album bertitel “Why don’t we” debut yang mengukuhkan keberadaan, serta kualitas dirinya sebagai “pendatang luar” di belantika musik Jerman dan diapresiasi positif oleh banyak kalangan di benua biru tersebut. Kini Single terbarunya “Shine” hasil kolaborasi dengan duo DJ Ibiza, Dublex Inc terus menapaki posisi atas airplay dan chart radio di kota-kota besar Eropa Berlin, Austria, Madrid, dan Paris. 

Pada tahun 2009 dia mengikuti International Young Singers - New Wave. Perawakannya yang mungil tak dikira mampu menyihir juri-juri New Wave 2009, sebuah ajang kompetisi bakat internasional di kawasan Eropa Timur . Pagelaran musik yang setiap tahunnya ditonton oleh jutaan pemirsa di Eropa dan dihadiri bintang tamu seperti Stevie Wonder, Robin Gibb, Joe Cocker, Al Jarreau, Lisa Stansfield, itu menjadi saksi kehebatan seorang Sandhy Sondoro, pria asal Ciputat, Jakarta. Pada saat itu ada para partisipasi dari Latvia, Kazahstan, China, Italy, Indonesia, Poland, Finland, France, Ukraine dan Russia. Festival ini berada di pantai Yurmala, Latvia yang sangat populer di Eropa Timur, bekas negara uni Soviet pada 28 Juli hingga 2 Agustus 2009. Siaran langsungnya bisa disaksikan di banyak negara, selain Latvia sendiri. Antara lain: Ukraina, Georgia, Belarus, Kazakstan, Finlandia, Perancis, Italia, dan Rusia. Babak final diikuti oleh 17 finalis yang berasal dari 14 negara. Sandhy adalah finalis pertama yang berasal dari wilayah Asia Tenggara. 

Kita patut bangga, Sandhy tampil gemilang di ajang ini. Pada hari pertama, 11 (dari 12 orang) juri memberikan nilai sempurna alias 10 untuk suara dan penampilannya. Jumlah poin yang sama, diperoleh pada hari kedua. Pada hari ketiga, Sandhy bahkan bisa 
mendapat nilai sempurna dari semua juri! Para penonton yang hadir juga langsung berdiri dan memberi tepuk tangan panjang untuk putra Indonesia ini. Luar biasa, kan!




Memang, perolehan angka Sandhy pada hari terakhir bisa disamai oleh Djamala, peserta perempuan dari Ukraina. Masing-masing berhak mendapat piala dan hadiah uang sebesar 50.000 euro (sekitar Rp700 juta). Namun, berdasarkan berbagai pertimbangan, dewan juri memutuskan bahwa Sandhy-lah pemenang utama kompetisi ini.

 Sejak kemenangannya di ajang New Wave 2009 itu, pria yang sudah bermukim di kota Hi-Tec, Berlin - Jerman selama dua puluh tahun ini disibukkan dengan penampilannya di TV-TV dan tur seantero Eropa. Panggung hidupnya yang sebelumnya diisi dengan hari-hari penuh perjuangan kini sudah membuahkan hasil manis.


Sebelum mengikuti ajang New Wave 2009, Sandhy sudah pernah membuat rekaman album. Ia pun sempat berusaha menawarkan albumnya itu ke label-label di Jakarta, dengan bantuan teman sejak kecil yang kini menjadi manajernya, Eric Qomarul. Sayang sekali kala itu tak ada label yang melirik rekaman Sandhy itu.

Bertepatan dengan masa itu, Sandhy mendapat tawaran untuk mengikuti New Wave tadi. Maka ia kembali lagi ke Eropa. Setelah kemenangannya, rekaman video penampilannya di New Wave beredar di internet, termasuk di YouTube.com. Sandhy sendiri tak tahu-menahu siapa yang mengunggah rekaman tersebut.


Ia tentunya gembira dengan sambutan positif orang-orang, terutama dari Indonesia. Namun satu hal yang ia sesalkan adalah, dari sekian banyak orang yang mengomentari performanya di situs-situs seperti YouTube dan MySpace, malah orang-orang Indonesia yang sebagian mengomentari hal-hal tidak profesional, hal-hal yang justru tak berhubungan dengan musikalitas Sandhy. Namun bukan Sandhy kalau gampang berkecil hati. Ia sadar akan kualitasnya, orang-orang terdekatnya pun mendukung, maka ia jalan terus meniti karirnya.


Musisi yang mengagumi Iwan Fals, Chrisye, dan Benyamin S. ini melihat bahwa industri musik Indonesia sudah semakin berkembang. Musik di Indonesia juga semakin variatif. Namun ia menyayangkan banyaknya penyanyi yang muncul hanya sebagai boneka industri, dilengkapi dengan gaya berlebihan dan modal tampang rupawan saja, tanpa disertai bakat dan musikalitas yang baik. Itu sebabnya ia mengagumi ketiga nama di atas. Menurutnya, mereka memang berkualitas baik sebagai penyanyi, musisi, dan pencipta lagu, tanpa harus bergaya berlebihan. Sosok seperti itulah yang dijadikan Sandhy sebagai panutan dalam bermusik, selain Marvin Gaye, Barry White, dan The Beatles.



Seiring dengan naiknya popularitas, Sandhy pun telah berhasil menghimpun banyak fans yang tersebar di berbagai negara. Sandhy sudah menjadi musisi profesional yang sangat diperhitungkan dan hal ini secara tidak langsung mengangkat nama negara asalnya yaitu Indonesia. Untuk itu KBRI Jerman pun menganugerahinya pernghargaan Satya Lencana Karya Satya.



Mengenai keikutsertaannya di ajang 
International Contest of Young Pop Singer: Novoya Volna/New Wave, Sandhy menjelaskan bahwa dia mendaftarkan diri secara pribadi. Keiikutsertaannya tidak melalui pihak-pihak di Tanah Air, yang bisa menyertakan seniman Indonesia dalam lomba musik di luar negeri.
"Saya ikut atas nama pribadi," jelas Sandhy. "Tapi, karena saya dari Indonesia, saya terdaftar sebagai Sandhy Sondoro dari Indonesia."

Lalu tentang kemenangannya, Sandhy berkomentar, "Bagi saya kemenangan bukanlah hal yang utama. Hal terpenting bagiku adalah sambutan publik yang luar biasa; benar-benar di luar dugaan saya!"
Untuk selanjutnya, Sandhy memilih tetap berkarir di bidang musik. "Saya memang suka dan ingin main musik," tuturnya. Ia sangat bersyukur, hingga saat ini, dapat hidup berkecukupan dari pilihan karirnya tersebut.



Karya
Album : 
  • 2009 Jazz In The City with Sandhy Sondoro
  • 2008 Why Don't We
Penghargaan
  • 2011 Pendatang Baru Pria Terbaik-Terbaik, Artis Solo Pria terbaik, Artis Penampil Jazz Terbaik dan Produser Jazz Terbaik AMI Awards 2011
  • 2009 Penyayi Pop Terbaik Latvia, NEW WAVE
    • Indonesian Representative artist in Benefide Concert for Tsunami Tidal Wave Victim "BERLIN FOR ASIA 2005" 
    • Berlin representative in Stefan Raabs song contest SSDSDSSWEMUGABRTLAD On Total TV, ranked 5th in the final 
    • Musicload Favourite Artist September 2007 
    • SLANK German Tour Concerts Supporting Musician
    • Rewarded with Satya Lencana Karya Satya from KBRI Berlin 2008 Gregor Meyle supporting Musician
    • Ben Hamilton supporting Musician
    • City Jazz Night 2009, Braunschweig Featured Artis



 Setelah menjalin kisah asmara selama kurang dari satu tahun, Sandhy Sandoro dan Ade Fitria Sechan diam-diam menikah pada hari Jumat 31 Agustus 2012. Pada tanggal 31 Agustus 2012 Sandhy Sondoro menikah dengan adik Sarah Sechan, Ade Sechan. Pernikahan mereka berlangsung tertutup di Masjid Puri Cinere. Ade dan Sandhy berpacaran sejak November 2011. Pernikahan ini adalah pernikahan kedua bagi Ade Sechan dan merupakan pernikahan pertama bagi SandhyPasangan yang mulai pacaran sejak November 2011 silam tersebut melangsungkan akad nikah dan resepsi di Masjid Puri Cinere dengan disaksikan oleh kakek dan nenek Sandhy serta sang ayah.


Ade Sechan Lega Sandang Status Nyonya Sandy Sandoro

Mas kawin yang diberikan oleh Sandhy kepada bintang film "Hattrick" berupa seperangkat alat sholat dan uang tunai Rp. 13 Juta. Sayangnya kebahagiaan tersebut terasa kurang karena ayah Ade Fitria tidak dapat menghadiri akad tersebut karena beliau sedang sakit.


Ade yang tadinya berstatus janda ini menjatuhkan pilihannya kepada Sandhy Sandhoro karena kualitas serta kepribadian penyanyi tersebut yang hangat dan perhatian. Beberapa bulan lalu, Ade menyatakan bahwa Sandhy adalah pria yang menerima dia apa adanya dan tak segan untuk mencurahkan perhatian serta waktu untuk anak-anaknya.


Pernikahan ini dihadiri juga oleh beberapa selebriti seperti Joko Anwar, 
Wanda Hamidah, Indy Barends. Selamat menempuh hidup baru untuk Sandhy dan Ade! (RD)
Info Tambahan
Bersama Glenn Fredly dan Tompi, Sandhy berkolaborasi dalam grup yang mereka namakan Trio Lestari. Selain itu, band legendaris asal Inggris, The Beatles adalah inspirasi Sandhy dalam berkarya.

Penyanyi yang satu ini ternyata merasa kagum dengan penyanyi legendaris Titiek Puspa. Teman duet Indah Dewi Pertiwi ini pun memiliki keinginan berduet dengan Titiek. Menurutnya pelantun lagu 'Ratu Sejagat' itu merupakan musisi yang multitalenta dan karya musiknya pun bisa bertahan tanpa tergerus perkembangan zaman.